BeritaGaya Hidup

Literasi yang Menghidupi: Workshop Karya Tulis Digital dan Penganugerahan Pemenang Lomba Esai AI

PrasaSumedang, 31 Mei 2025 — Pada pagi yang bening di penghujung Mei, gedung Sumedang Creative Center menjadi semacam tapal batas antara gagasan dan kenyataan. Di tempat itu, sepuluh pikiran muda terbaik—para finalis Lomba Esai AI—duduk dalam lingkaran kecil, bukan sekadar sebagai peserta, tetapi sebagai penjaga bara perubahan.

Diselenggarakan oleh Literasify dan Jenama AI, kegiatan bertajuk Workshop Pengembangan Karya Tulis Digital dan Monetisasi Karya Tulis itu menjadi ladang pematangan ide dan jalan menuju kemandirian kreatif. Di ruang yang bercahaya lembut, dua narasumber, Rifky Iqbal dan Eginanjar. Berbicara bukan hanya sebagai pemateri, tetapi sebagai penyulut kesadaran. Mereka tidak sekadar mengajarkan menulis di era digital, melainkan menyingkap kemungkinan, bahwa kata-kata bisa menjadi jalan hidup, dan pikiran yang jernih bisa menghidupi tubuh.

Pukul sembilan hingga dua belas, waktu seakan mengalir pelan. Bukan karena lambat, tetapi karena setiap menitnya dipenuhi oleh getaran ide, tanya yang menggugah, dan kesadaran akan nilai dari tulisan sebagai warisan abadi manusia.

Di penghujung acara, sebuah prosesi kecil namun penuh makna digelar. Hadiah diberikan kepada para pemenang Lomba Esai AI—bukan sekadar sebagai bentuk penghargaan, tetapi sebagai penanda zaman: bahwa generasi baru telah lahir dengan kecakapan untuk berdialog dengan mesin dan menggubahnya menjadi puisi-puisi akal.

Kegiatan ini bukan sekadar serangkaian pelatihan dan seremonial. Ia adalah upacara intelektual, di mana kata-kata kembali dirayakan, dan kecerdasan buatan bukan dilawan, melainkan dipahami—agar manusia tetap menjadi pusat semesta berpikir.

Dalam suasana yang syahdu namun penuh nyala semangat, Sumedang tak hanya menjadi latar. Ia menjadi saksi: bahwa masa depan sedang ditulis hari ini, oleh tangan-tangan muda yang tak hanya mengetik, tetapi mengukir zaman.***