Kembali Bertegur Sapa
Virus corona pernah melanda dunia. Hidup tak akan pernah berada dalam posisi baik-baik saja. Seketika berubah. Pada akhirnya kita harus rela diam dalam rumah.
Mati dalam sesak kehampaan. Hidup yang disertai banyak pertanyaan? Kapan semua ini akan berakhir! Yang di terpa oleh rasa begitu khawatir. Karena sebutir nasi, tak akan pernah bisa terganti dengan sebait puisi.
Kita pernah bersama-sama merasakan, di bulan suci ramdhan. Yang terasa begitu berbeda. Tempat peribadahan pun, sempat di tutup untuk sementara waktu.
Hari kemenangan telah tiba. Tegur sapa pun, seperti hilang tak bernyawa. Ada suara, akan tetapi tidak ada yang berani untuk menampakan diri dengan secara jiwa maupun raganya.
Mulut yang terbungkus oleh masker. Jaga jarak, seperti burung gagak, yang hitam penuh dengan kegelapan. Tanpa ruang kehidupan yang telah mematikan seisi peradaban.
Semua telah berlalu. Kendati seperti itu, wisata terhadap masa lalu. Sangatlah begitu relevan bagi kita yang hendak untuk merenunginya. Dimana kita hanya sebagai manusia biasa. Yang pernah berada dalam posisi yang begitu menyayati hati dari sanubari kita sendiri.
Ucap syukur, sepatah kalimat yang dibarengi dengan membaca basmalah. Lalu, diakhiri dengan mengucap kata alhamdulilah. Dan pada hari ini kita bisa kembali lagi. Bertegur sapa dengan yang lainnya.
Hidup memang berjalan, jika kita merenungkan. Sesuatu hal yang mungkin kita tidak akan pernah tahu, sebagaimana waktu. Yang bersifat singkat. Namun, tak terasa begitu nikmat ataupun padat.
Sebab, cipta rasa terhadap hikmat yang tersampaikan dengan secara hakikat. Masih belum terukur dalam ucap bentuk wujud dari rasa syukur. Selamat Menunaikan Ibadah di Bulan Suci Ramadhan 1446 Hijriah. Mohon Maaf Lahir Dan Batin.
Oleh: Satria Purnama